Psikologi Islam
(Islamic Psychology)
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. M.Si
Kamis, 14 Agustus 2008
Minggu, 30 Maret 2008
Iftitah
PSIKOLOGI ISLAM
Abdul Mujib
Abdul Mujib
Iftitah
Menghadirkan wacana baru, yang kemudian diabadikan dalam nama Psikologi Islam atau Psikologi Islami merupakan suatu keniscayaan. Paling tidak ada dua sisi yang dapat dilihat dalam menelaah fenomena ini. Dari sisi pengembangan ilmu, upaya ini sebagai pembanding atau bahkan counter discourse terhadap teori-teori psikologi yang dibangun dari paradigma sekuler. Masyarakat religius, khususnya masyarakat Muslim Indonesia, tidak mungkin menggunakan teori-teori psikologi sekuler. Selain bias budaya, teori-teori tersebut bebas nilai yang menafikan unsur-unsur metafisik dan spiritual-transendental. Masyarakat Muslim lebih tepat menggunakan teori psikologi berbasis keislaman, karena teori itu dapat mengkaver seleuruh perilakunya dan menunjukkan self-image maupun self-esteem sebagai seorang muslim yang sesungguhnya. Sedang dari sisi praktisnya, pengembangan psikologi Islam merupakan oase baru bagi praktisi psikologi, konseling dan psikoterapi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, untuk menciptakan suasana batin yang sejahtera dan bahagia hakiki.
Dalam usianya yang relatif belia (periode puber), psikologi Islam yang dikumandangkan oleh komunitas terbatas baru menghadirkan sajian (1) kajian dalam bentuk diskusi, seminar dan temu ilmiah nasional; (2) pembentukan organisasi, yang pada tingkat nasional terwadahi dalam Asosiasi Psikologi Islami (API) dan Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi); (3) penerbitan buku dan jurnal ilmiah yang bertemakan psikologi Islam; dan (4) memasukkan psikologi sebagai bagian dari mata kuliah wajib atau pilihan di beberapa perguruan tinggi.
Terdapat beberapa alasan mengapa pengembangan psikologi Islam masih berputar pada kalangan terbatas. Pertama, sulit ditemukan sumber daya insani yang memiliki pengetahuan integratif antara Islam dan psikologi. Mereka saling menunggu siapa yang duluan memulai, apakah sarjana agama ataukah sarjana psikologi; Kedua, sulit menggabungkan metodologi pengembangan ilmu, antara empiris (syahadah) versus meta-empiris (ghayb), induktif versus deduktif, apa adanya versus bagaimana seharusnya, bebas etik versus sarat etik, kuantitatif versus kualitatif, positivistik-empiris versus doktriner-normatif dan antroposentris versus teosentris; Ketiga, Psikologi Islam sebagai bagian dari studi Islam memiliki batasan-batasan yang tidak semunya dapat dijangkau oleh metodologi ilmu empiris, sebab tidak semua fenomena keagamaan dapat diukur melalui tes-tes psikologi, seperti masalah kecerdasan spiritual/keruhanian, masalah keimanan dan ketakwaan.
Psikologi Islam hadir dengan penuh tantangan sekaligus peluang bagi mereka yang concern terhadap pengembangan sains Islami. Ber-Islam secara kaffah menuntut pada pemeluknya untuk lebih intens dan kreatif dalam pengembangan wacana ini, tanpa menunggu apalagi menghujat terhadap usaha-usaha produktif dari komunitas psikologi Islam. Masih banyak hal yang perlu mendapat uluran pemikiran dan keberanian dalam membuat kebijakan, antara lain (1) bidang akademik; perlu memasukkan mata kuliah Psikologi Islam sebagai mata kuliah wajib. Atau, menjadikan wacana keislaman sebagai basis pengembangan semua mata kuliah psikologi. Usaha ini merupakan embrio yang mendorong mahasiswa untuk mengambil tema-tema psikologi Islam dalam penelitian skripsi, tesis maupun disertasi; (2) bidang penelitian; mulai berani menggunakan teori dari Islam sendiri, seperti indikator-indikator religiusitas diambil dari Hadis Nabi Saw mengenai iman, islam dan ihsan serta mulai berani menyusun instrumen penelitian yang diturunkan dari kerangka ilmiah Islami; (3) bidang pelatihan; perlu mengembangkan desain pelatihan yang bernuansakan Islami, sehingga mampu menciptakan manusia yang produktif dan kreatif dengan dasar iman dan takwa.
Untuk mengisi itu semua, penulis baru mampu mengkonstruks konsep yang dikodifikasi dari para mufassir, muhadis, teolog, filosof dan sufi untuk kemudian disistematisasi dalam kerangka psikologi. Rekan dialog sangat penulis butuhkan dalam rangka implementasi gagasan menjadi alat penelitian, eksperimen dan pelatihan. Jika ini dilakukan maka cita-cita menjadikan psikologi Islam sebagai mazhab kelima setelah psikoanalisis, psikobehavioristik, psikohumanistik dan psikotranspersonal akan tercapai, atau paling tidak dapat menelorkan psikologi pribumi (indigenous psychology) yang dapat mengkaver sosok manusia muslim Indonesia.
Karya ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun tulisan lepas di Jurnal ilmiah, dapat diakses. Karya ilmiah yang dimaksud antara lain:
Menghadirkan wacana baru, yang kemudian diabadikan dalam nama Psikologi Islam atau Psikologi Islami merupakan suatu keniscayaan. Paling tidak ada dua sisi yang dapat dilihat dalam menelaah fenomena ini. Dari sisi pengembangan ilmu, upaya ini sebagai pembanding atau bahkan counter discourse terhadap teori-teori psikologi yang dibangun dari paradigma sekuler. Masyarakat religius, khususnya masyarakat Muslim Indonesia, tidak mungkin menggunakan teori-teori psikologi sekuler. Selain bias budaya, teori-teori tersebut bebas nilai yang menafikan unsur-unsur metafisik dan spiritual-transendental. Masyarakat Muslim lebih tepat menggunakan teori psikologi berbasis keislaman, karena teori itu dapat mengkaver seleuruh perilakunya dan menunjukkan self-image maupun self-esteem sebagai seorang muslim yang sesungguhnya. Sedang dari sisi praktisnya, pengembangan psikologi Islam merupakan oase baru bagi praktisi psikologi, konseling dan psikoterapi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, untuk menciptakan suasana batin yang sejahtera dan bahagia hakiki.
Dalam usianya yang relatif belia (periode puber), psikologi Islam yang dikumandangkan oleh komunitas terbatas baru menghadirkan sajian (1) kajian dalam bentuk diskusi, seminar dan temu ilmiah nasional; (2) pembentukan organisasi, yang pada tingkat nasional terwadahi dalam Asosiasi Psikologi Islami (API) dan Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi); (3) penerbitan buku dan jurnal ilmiah yang bertemakan psikologi Islam; dan (4) memasukkan psikologi sebagai bagian dari mata kuliah wajib atau pilihan di beberapa perguruan tinggi.
Terdapat beberapa alasan mengapa pengembangan psikologi Islam masih berputar pada kalangan terbatas. Pertama, sulit ditemukan sumber daya insani yang memiliki pengetahuan integratif antara Islam dan psikologi. Mereka saling menunggu siapa yang duluan memulai, apakah sarjana agama ataukah sarjana psikologi; Kedua, sulit menggabungkan metodologi pengembangan ilmu, antara empiris (syahadah) versus meta-empiris (ghayb), induktif versus deduktif, apa adanya versus bagaimana seharusnya, bebas etik versus sarat etik, kuantitatif versus kualitatif, positivistik-empiris versus doktriner-normatif dan antroposentris versus teosentris; Ketiga, Psikologi Islam sebagai bagian dari studi Islam memiliki batasan-batasan yang tidak semunya dapat dijangkau oleh metodologi ilmu empiris, sebab tidak semua fenomena keagamaan dapat diukur melalui tes-tes psikologi, seperti masalah kecerdasan spiritual/keruhanian, masalah keimanan dan ketakwaan.
Psikologi Islam hadir dengan penuh tantangan sekaligus peluang bagi mereka yang concern terhadap pengembangan sains Islami. Ber-Islam secara kaffah menuntut pada pemeluknya untuk lebih intens dan kreatif dalam pengembangan wacana ini, tanpa menunggu apalagi menghujat terhadap usaha-usaha produktif dari komunitas psikologi Islam. Masih banyak hal yang perlu mendapat uluran pemikiran dan keberanian dalam membuat kebijakan, antara lain (1) bidang akademik; perlu memasukkan mata kuliah Psikologi Islam sebagai mata kuliah wajib. Atau, menjadikan wacana keislaman sebagai basis pengembangan semua mata kuliah psikologi. Usaha ini merupakan embrio yang mendorong mahasiswa untuk mengambil tema-tema psikologi Islam dalam penelitian skripsi, tesis maupun disertasi; (2) bidang penelitian; mulai berani menggunakan teori dari Islam sendiri, seperti indikator-indikator religiusitas diambil dari Hadis Nabi Saw mengenai iman, islam dan ihsan serta mulai berani menyusun instrumen penelitian yang diturunkan dari kerangka ilmiah Islami; (3) bidang pelatihan; perlu mengembangkan desain pelatihan yang bernuansakan Islami, sehingga mampu menciptakan manusia yang produktif dan kreatif dengan dasar iman dan takwa.
Untuk mengisi itu semua, penulis baru mampu mengkonstruks konsep yang dikodifikasi dari para mufassir, muhadis, teolog, filosof dan sufi untuk kemudian disistematisasi dalam kerangka psikologi. Rekan dialog sangat penulis butuhkan dalam rangka implementasi gagasan menjadi alat penelitian, eksperimen dan pelatihan. Jika ini dilakukan maka cita-cita menjadikan psikologi Islam sebagai mazhab kelima setelah psikoanalisis, psikobehavioristik, psikohumanistik dan psikotranspersonal akan tercapai, atau paling tidak dapat menelorkan psikologi pribumi (indigenous psychology) yang dapat mengkaver sosok manusia muslim Indonesia.
Karya ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun tulisan lepas di Jurnal ilmiah, dapat diakses. Karya ilmiah yang dimaksud antara lain:
Dalam Bentuk Buku:
Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005
Ruh dan Psikospiritual Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008
Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002
Fitrah & Kepribadian Islam; Sebuah Pendekatan Psikologis. Jakarta Darul Falah, 1999
Risalah Cinta: Seri Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004
Apa Arti Tangisan Anda; Seri Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004
Islam dan Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004
Ilmu Pendidikan Islam: Telaah atas Kerangka Konseptual Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Ilmu Pendidikan Islam: Telaah atas Komponen Dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta Kencana Prenada Media Jakarta, 2005
Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya, 1993
Problematika Wanita. Surabaya: Karya Abditama, 1994
Dimens-dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama, 1995
Psikologi Islam; Tipologisasi atas Karya Psikologi Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Tazkia Press, 2005
Dalam Bentuk Jurnal Ilmiah
Belajar dengan Cara Quantum dalam Perspektif Psikologi Islam. JurnaL el-Jadid Pascasarjana UIN Malang, 2005
Evolusi Berpikir dan Implikasinya pada Pola Kerja (Melacak Dinamika Pemikiran dalam Wacana Islam dan Psikologi). Jurnal Tazkiah Psikologi UIN Jakarta, 2004
Gairah Kerja dalam Islam. Jurnal Tazkiah Psikologi UIN Jakarta, 2004
Gangguan Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jurnal Al-Azhar, UAI, 2005
Hubungan Ruqyah dengan Psikoterapi Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyah. Jurnal Mimbar UIN Jakarta, 2005
Konsepsi Dasar Kepribadian Islam. Jurnal Tazkiah Psikologi UIN Jakarta
Membangun Karakter Muslim yang Profesional. Jurnal Citra Dedaktita. STAICD Jakarta, 2004
Membangun Psikologi dengan Paradigma Tauhid. Jurnal Al Azhar UAI, 2003
Mimpi dalam Psikologi Islam. Jurnal Tazkiya Psikologi UIN Jakarta, 2005
Paradigma Psikologi Kepribadian Islam. Jurnal Tazkiah Psikologi UIN Jakarta
Pembentukan Kepribadian Rabbani. Jurnal Religiusitas Masjid Baitut Tholibin Depdiknas Jakarta, 2004
Pengembangan Fitrah Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, Jurnal Edukasi Litbang Depag RI, 2004
Pengembangan Kecerdasan Qalbiah dalam Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi Litbang Depag RI, 2004
Pengembangan Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jurnal Kordinat, Kopertais Jakarta, 2005
Pengembangan Psikologi Islam melalui Studi Islam. Jurnal Psikologi Islami, API, Yogyakarta, 2005
Penggolongan dan Diagnosa Manusia dalam al-Qur`an dan al-Sunnah. Jurnal Tazkiya Psikologi UIN Jakarta, 2005
Perspektif Islam tentang Kesehatan Mental, Psikopatologi dan Psikoterapi. Jurnal Tazkiya Psikologi UIN Jakarta, 2004
Psikologi Cinta: Menuju Psikohumanistik-Dialektis Islami. Jurnal Religiusitas Depdiknas. 2005
Psikologi Perdamaian dalam Perspektif Islam. Jurnal Enlighten FAI UAI, 2008
Psikologi Shalat dan Pembentukan Kepribadian. Jurnal Religiusitas Depdiknas, 2007
Quantum Learning dalam Psikologi Islam. Jurnal al-Jadid Pascasarjana UIN Malang, 2006
Risalah Cinta: Pendekatan Psikologi Islam. Jurnal Psikologi Islami, API, 2005
Ruh Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam perspektif Psikologi. Jurnal Refleksi Ushuluddin UIN Jakarta, 2005
Struktur Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jurnal Al-Azhar, UAI, 2004
Tipologi Manusia dalam Psikologi Kepribadian Islam. Jurnal Tazkiya Psikologi UIN, 2007
Karya ilmiah tersebut dapat dibaca atau mungkin dapat dikembangkan lebih lanjut.
Kami tunggu segala komentar dan masukan untuk keperluan pengembangan psikologi Islam selanjutnya.
Kami tunggu segala komentar dan masukan untuk keperluan pengembangan psikologi Islam selanjutnya.
Senin, 24 Maret 2008
Diskusi Psikologi Islam
Blog ini dapat kita isi dengan diskusi yang terkait dengan tema-tema psikologi Islam. Namun ada baiknya dilihat dulu tema-tema psikologi Islam yang biasa saya gunakan sebagai sillabus mata kuliah Psikologi Islam untuk diajarkan di beberapa Perguruan Tinggi.
Selamat bergabung pada blog ini.
Wassalam
Label:
Diskusi Psikologi Islam
Langganan:
Postingan (Atom)